CINTA BISA BELAJAR
Oke sebelum gue memulai tulisan gue, gue pengen tanya satu
hal. Pernah gak dihadapkan pada suatu kondisi dimana seseorang yang tidak kita
harapkan malah menyatakan perasaannya ke kita tapi sebenarnya kita gak punya
perasaan apa-apake dia, dan sangat berat untuk mengatakan ke dia karena alasan
tertentu, misalnya dia udah pernah beliin kamu pisang goreng, jadi karna
kebaikannya menolak menjadi pilihan yang sulit.
Sebenernya dalam kondisi seperti ini yang umumnya dialami
oleh kaum yang pastinya bukan laki-laki atau bahasa ilmiahnya cewek, kebanyakan
mereka akan bilang, eng akan bilang, eng akan bilang kayak, eng ya semacam
emmmmm , ah entahlah karna gue juga ga begitu ngerty tentang masalah hati
cewek. Yang jelas mereka akan galau dan berujung pada dilema mau jawab iya apa
enggak, aduhhh gimana ya, terima gak ya, timpukin gak ya, atau bunuh aja kali
ya? Ah semacam itulah.
Sebenarnya cinta itu suatu rasa yang muncul dari suatu hati
kemudian berkembang seiring munculnya hati lain yang bisa membuatnya nyaman.
Tapi apakah harus cinta dulu baru bisa jadi pacar? Kan nggak, kembali ke topik
diatas, biasanya mereka akan menerima dan berharap rasa cinta itu akan tumbuh
seiring berlarinya waktu. Walaupun gak semua yang menjalaninya berhasil, karna
apa yang gue lihat dari muka bumi ini dan planet-planet sekitarnya ternyata
banyak juga yang gak berhasil, setelah tiga purnama berlalu ternyata rasa cinta
yang diharapkan tumbuh tak juga muncul. Dan mulai kepikiran untuk mengakhiri
hubungan yang telah dijalani. Sebenarnya gak masalah juga sih setelah mencoba
kemudian gagal dan putus, galau, nangis, sobek-sobek karpet, gigit bantal,
guling-guling, atau mungkin salto sambil kayang, ya begitu lah. Tapi yang jadi
masalah jika kemudian hubungan bisa menjadi tidak baik, padahal dulunya dia
aadalah orang yang selalu ada disaat sedih, tukang antar jemput disaat tersesat
dan tak tau arah jalan pulang, ya sebut aja best friend.
Dan ini analisa gue, menurut gue cinta itu emang gak bisa
dipaksakan, tapi kembali pada siapa yang bakal menjalaninya, mungkin cinta itu
pakai hati, tapi hati juga gak selamanya baik, maka gunakanlah logika,
keseimbangan antara hati dan logika akan mengantarkan kita kepilihan yang
tepat, walaupun dia baik banget, walaupun dia ganteng-ganteng srigala banget,
walaupun dia manusia banged. Tapi ada satu hal yang menurut gue penting untuk
lo ketahui. Mungkin hati bakal memilih yang terindah tapi gak selamanya yang
terindah itu yang terbaik, dan kadang otak bisa memiih yang terbaik, tapi
sekedar terbaik aja gak bakal cukup membuat kita bahagia. Jadi sebaik baiknya
memilih adalah hasil memilih denagn menggunak keseimbangan antara otak dan
hati, antara logika dan juga perasaan. Jadi kesampingkan masalah hutang budi,
wati dan sekeluarga, eh maksudnya pertimbangkan tanpa memikirkan siapa dia
sebelumnya, karna kita menjalani cinta untuk masa depan bukan untuk masa lalu.
Jadi kalau emang gak ada cinta, ya kembali ke masing-masing
mau coba belajar mencintai atau mencoba untuk bilang “maaf kamu terlalu baik
buat aku, Yahh semacam itulah. IYA GUE JOMBLO, tapi walaupun gue jomblo bukan
berarti gue gak mengerti cinta. Mungkin satu hal dari gue, “cinta emang gak
bisa dipaksakan, tapi cinta bisa belajar”.